Kamis, 26 Maret 2009

Kebangkitan, hanyakah sebuah mimpi?

Judul diatas merupakan sebuah refleksi dari bangsa kita, sebuah bangsa besar yang bernama Indonesia. Beberapa hari yang lalu penulis baru saja menemukan sebuah artikel tentang kebangkitan bangsa Indonesia.
Judul diatas dapat menjadi sebuah pertanyaan maupun pernyataan, apakah bangsa kita dapat kembali bangkit dari semua keterpurukan yang melanda bangsa kita. Kata orang sampai saat ini bansa kita masih menjadi bangsa yang terjajah secara ekonomi meskipun kita telah mendeklarasikan sebuah kemerdekaan sejak 17 agustus 1945. menanggapi hal tersebut banyak persepsi mengapa bangsa kita masih terjajah secara ekonomi olehh bangsa asing. namun sebagian besar dari kita selalu menyalahkan keberadaan perusahaan-perusahaan raksasa mancanegara yang bercokol di bumi pertiwi ini tanpa memandang pada diri kita sendiri. Kita selalu menyalahkan keberadaan perusahaan tambang minyak asing yang menguasai minyak yang ada pada perut bumi pertiwi ataupun perusahaan tambang mineral yang telah mengeruk tanah-tanah negri kita.
Tentu kita punya andil mengapa perusahaan-perusahaan tersebut, keberadaan mereka dan tak dapat ditimpakan hanya kepada penguasa-penguasa negeri ini. Setidaknya ada beberapa hal yang dapat menyebabkan hal tesebut terjadi. Yang pertama tentu mental dari bangsa ini sendiri yang hanya ingin suatu hal yang instant dan serba mudah, seperti cepat kaya, cepat sukses maka tak sedikit dari manusia bangsa ini yang menjual bumi pertiwi hanya demi sebuah kepentingan pribadi atau dengan teganya mengambil harta rakyat jelata hanya demi perut mereka sendiri. Mental yang hanya ingin mendapatkan keuntungan pribadi inilah yang kemudian menjurus kepada suatu sikap destruktif yang kemudian menghancurkan sesame demi kepentingan pribadi.
Yang ke dua tentulah pola pikir dari bangsa kita yang tak ingin menjadi sebuah pemilik usaha malah lebih rela menjadi “kacung” perusahaan asing yang kan menjajah bangsa kita secara perekonomian, bahkan celaan tak jarang ditujukan pada seseorang yang ingin menjadi seorang pengusaha. Banyak orang berkata “ngapain susah-susah usaha,mending belajar yang bener trus cari kerja”. Namun mereka tak pernah menyadari orang-orang superkaya dunia banyak yang tak menyelesaikan pendidikan formal mereka.
Yang ketiga tentulah kurangnya rasa kebangsaan rakyat Indonesia, banyak dari kita yang sama sekali tidak memiliki kebanggan kepada bangsa kita sendiri bahkan tak jarang mencemooh apa yang telah dilakukan dan diperbuat oleh anak bangsa. Masih sering kita menemukan ucapan “Buatan lokal ya, pasti butut”, “Hwaha pantes buatan Indonesia” dan kata-kata lain yang cenderung merendahkan apa yang telah diperbuat oleh anak bangsa, padahal barang-barang kita sangat dihargai oleh bangsa asing.
Hal-hal diatas hanyalah sedikit dari berapa alas an mengapa sampai saat ini kita tak bisa bangkit dari keterpurukan yang melanda bangsa ini. Yang jelas suatu pesan dari semua hal diatas adalah bahwa selama ini kita lebih sering menuntut orang lain dan jarang melihat pada diri sendiri.